Berokan
CIREBON 892 : Menurut tuturan riwayat yang diwariskan secara turun-temurun
di kalangan senimannya, bengberokan adalah warisan Pangeran Korowelang atau
Pangeran Mina, seorang penguasa laut Jawa di wilayah Cirebon dan Indramayu. Namun
terdapat pula tuturan yang juga diwariskan di kalangan seniman berokan, bahwa
berokan merupakan kreasi Mbah Kuwu Pangeran Cakrabuana, ketika menyebarkan
syiar Islam ke wilayah Galuh, sebagaimana yang dilakukan oleh para wali,
menggunakan pertunjukan sebagai media syiar agama, ditujukan agar dapat mudah
diterima lingkungan budaya pada saat itu.
Ada pendapat bahwa kata berokan berasal dari kata
“barokahan” (keselamatan). Namun nampaknya keterangan tersebut hanya sebuah
kirata (bahasa Sunda, yang artinya dikira-kira namun tampak nyata), sebuah
gejala yang umum terjadi di dalam penamaan jenis seni rakyat.
Bentuk berokan yang dekat dengan bentuk-bentuk mitis
totemistik dari binatang seperti buaya, wajah raksasa, dll., menunjukkan
adaptasi budaya tersebut.
Pertunjukan berokan ini sangat populer di wilayah Cirebon
dan Indramayu. Pada awalnya dilakukan sebagai bagian dari upacara ruwatan dalam
menanggulangi pageblug (epidemi penyakit), menempati rumah baru, dll. Namun
demikian, dewasa ini pertunjukan burokan lebih banyak dipakai dalam memeriahkan
pesta khitanan atau perkawinan.
Bengberokan dimainkan juga pada upacara Ngunjung Buyut,
yaitu upacara untuk menghormati arwah leluhur di pekuburan desa-desa tertentu.
Bengberokan merupakan kedok yang dibuat dari kayu, yang bentuknya mirip dengan
buaya. Warna kedoknya merah dengan mata besar yang menyala, dengan mulut dapat
digerakkan (dibuka–tutup) sehingga menghasilkan bunyi “plak-plok”. Tubuhnya
terbuat dari bekas karung beras yang dijahit sedemikian rupa sehingga mampu
menutupi pemainnya, dan mengesankan tubuh binatang yang besar dan berbulu
(ditambahi ijuk dan serpihan tambang), kemudian disambung kayu yang dibuat
mirip seperti ekor dengan warna belang-belang merah putih, runcing sehingga
ujungnya mirip ekor ikan cucut. Berokan biasanya dimainkan secara bergantian.
Pada umumnya para pemain berokan adalah laki-laki. Untuk
melibatkan penonton, Berokan digerak-gerakan dengan lincah, kedoknya dimainkan
seakan-akan mau mengigit penonton. Efek spontanitas ketakutan penonton
(terutama anak-anak) dimanfaatkan oleh pemain Berokan untuk semakin garang dan
menghibur.
Pertunjukan Berokan diawali dengan tetalu dan kidung dalam
bahasa ibu (Indramayu atau Cirebon), dilanjutkan dengan tarian Berokan yang
lambat, perlahan-lahan untuk kemudian menjadi naik turun dan bergairah.
Pertunjukan Berokan akan lebih menarik lagi, jika dimainkan di atas pecahan
kaca (beling) dan menari-nari di atas bara api. Apabila pertunjukan Berokan
dikaitkan dengan upacara tertentu, biasanya dilakukan Kirab Sawan, yakni
upacara penyembuhan atau untuk keselamatan dan keberkahan. Kirab Sawan dilakukan
setelah sesajen dan persyaratan lainnya lengkap.
Musik pengiring Berokan sangatlah sederhana, terdiri dari
kendang, terebang, kecrek, dan bende (gong kecil) yang dimainkan oleh enam
orang. Musiknya memang terasa monoton, namun demikian dinamika kadangkala
muncul dari kendang dan kecrek, bersahutan dengan suara plak-plok dari kepala
Berokan yang terbuka dan tertutup.
Ada beberapa makna yang dapat disimpulkan dari pertunjukan
Berokan ini:
Makna mitis
yaitu sebagai media penolak bala yang menjadi awal mula fungsi Berokan. Dengan
mempertunjukan Berokan, dipercayai bahwa bala telah ditolak, dan dipercayai
akan mendatangkan kebahagiaan.
Makna sinkretis
karena Berokan digunakan sebagai media dakwah pada masa awal penyebaran syiar
Islam di wilayah Cirebon.
Makna teatrikal
karena Berokan beraksi menari, mengejar, dan memainkan kepalanya serta berbaur
dengan spontanitas penonton yang merasa takut bercampur gembira
Makna
universal, karena Berokan memiliki kemiripan bentuk dengan Barongsay dan Chilin
dari Tiongkok, mahluk-mahluk naga dari Eropa Purba.
Salah satu kelompok Berokan yang dewasa ini masih tetap
berdaya, adalah kelompok Berokan yang dipimpin oleh Mama Taham dari desa Sliyeg
Kecamatan Tambi Kabupaten Indramayu.
Tidak ada komentar
Posting Komentar