APRESIASI BUDAYA PADA TRADISI “ADUS SUMUR PITU”
Tradisi “Adus Sumur Pitu”
Adus atau mandi mengandung pengertian membersihkan dan menyegarkan kembali. Dalam syariat Islam, hukum mandi ada yang wajib, sunnah dan mubah. Buku Mengaji pada Sunan Gunungjati: Menengok dan Membaca Filsafat Situs Makam Sunan Gunungjati (Abdul Ghofar Abu Nidallah, tanpa tahun terbitan:22) menyebutkan Sumur diartikan sebagai seumur-umur, sedangkan Pitu berarti tujuh. Sumur Pitu menyiratkan tujuh sifat dasar yang mestinya kita jaga dan kita segarkan terus-menerus seumur-umur, sepanjang hayat kita.
2.2 Letak Tujuh Sumur dan Pengertiannya
Buku Mengaji pada Sunan Gunungjati: Menengok dan Membaca Filsafat Situs Makam Sunan Gunungjati (Abdul Ghofar Abu Nidallah, tanpa tahun terbitan:22-26;) menyebutkan letak tujuh sumur yang menjadi tradisi “adus sumur pitu”. Ketujuh sumur itu mengandung pengertian sifat-sifat dasar manusia, yang kadang-kadang kusam tersaput debu zaman atau bahkan tertutup lumut waktu. Sifat-sifat yang tumbuh seiring perkembangan psikologis manusia itu dirangkum dalam pengertian masing-masing sumur, yaitu:
1. Sumur Kanoman (Kaenoman/Muda)
Sifat merasa lebih muda dan tidak banyak memiliki adalah dasar sifattawadddu’, yang akan melahirkan sikap rendah hati dan jauh dari sifatadigang adigung adiguna, seperti takabur, ujub, riya, dan sebagainya. Orang yang memiliki sifat tawaddu’ cenderung bisa menerima nasihat, namun selalu bersemangat dalam menjalankan syariat, sopan dalam bertingkah serta santun dalam berkata-kata.
Adus ning Sumur Kanoman (mandi di Sumur Kanoman) mendidik kita untuk memelihara selalu, “seumur-umur” sifat merasa enom (muda) agar selalu tetap segar, bersih dan berseri-seri. Letak Sumur Kanoman berada di pertamanan Kanoman, kompleks Astana Gunung Sembung.
2. Sumur kasepuhan (kasepuhan tua / dewasa)
Sifat merasa tua dan dewasa melahirkan kelegaan untuk memberi kepada yang lebih muda, lemah, dan miskin. Memberi perlindungan, pemenuhan kebutuhan dan bimbingan, baik yang bersifat material maupun spiritual. Dewasa dalam berfikir dan bertindak, serta adil dalam arti bisa menundukkan masalah pada tempatnya masing-masing, yang dalam bahasa disebut sebagai proporsional.
Sifat dewasa ini hendaknya disepuh selalu, sehingga tetap berkilau seumur-umur menghiasi perjalanan hidup kita hingga di batas azal. Sumur Kasepuhan berada di pertamanan Kasepuhan, Astana Gunung Sembung.
3. Sumur Jati (Hakiki, Sempurna)
Menjaga kesadaran akan kesejatian diri, sejatining urip lan sejatining dumadi (sejatinya hidup dan sejatinya asal-usul) kita. Sejatining dumadi atau hakikat penciptaan manusia adalah untuk menghamba, li ya’buduna. Seorang hamba melaksanakan perintah dan menjauhi larangan tuannya tanpa perhitungan untung-rugi. Semata-mata hanya mengharap ke-lila-anya belaka.
Jika tuannya adalah Sang Pencipta yang robbul alamin, seorang hamba yang haqqul yaqqin bahwa tuannya yang Maha Adil dan Maha Ilm telah mempertimbangkan kemanfaatan perintah dan larangannya itu adalah demi kemaslahatan hidup hambanya, niscaya akan lahir sifat penghambaan diri yang total, meliputi penyerahan dan pengorbanan demi mencapai ridho, ampunan serta kasih-Nya belaka
Sedang sejatining urip atau hakikat tujuan hidup manusia adalah sebagai kholifah fil ardhi menjadi cah angon untuk mengejawantahkan, menebar nilai dari sifat keilahian di atas mayapada ini. Menjadi penaggungjawab atas kelangsungan kehidupan bumi yang tata tenteram kertaraharja gemah ripah loh jinawi, dengan kata lain sejatinya kita ini diamanati tuan menjadi wong kemit (penjaga) yang ngopeni (memelihara) bumi ini dan menjaga dengan agamanya. Sumur Jati berada di pelataran sebelum memasuki gapura belimbing wulu.
4. Sumur Agung atau Kamulyan (Kemuliaan)
Ukuran keagungan manusia adalah tingkat ketekunan melakukan peribadatan atau takwanya, saat kita dapat menerjemahkan nilai-nilai sholat dalam tatanan hidup sehari-hari. Sholat adalah miniatur tata kemasyarakatan, dari mulai syarat sholat, syarat sah sholat, rukun dan sunnah sholat, serta muthilatus sholat adalah dasar tata atur kehidupan mengkaji pelaksanaan solat.
Ketika seseorang bertindak sebagai imam maupun ma’mum, cara memilih imam tentang hukum imam yang dibenci serta adab ma’mum yang masbuq semua adalah cermin tata bermasyarakat yang sempurna. Maka memelihara keagungan diri adalah adalah cara memelihara dan menegakkan ajaran sholat, sebab dengannya manusia menuju maqqoman mahmudah. Maqqom yang agung. Tempat terpuji inilah bagian terpenting dan makna pesan Kanjeng Sunan, “ingsun titip tajug lan fakir miskin”. Letak Sumur Agung ada di kompleks Masjid Dog Jumeneng.
5. Sumur tegang pati ( tega ing pati berani mati)
Tega ing pati berarti berani mati, tidak takut menghadapi kematian.Pati raga, pati arta maupun pati tahta, semua tak berarti apa-apa sebab raga, harta, maupun tahta hanyalah kelap–kelip penghias dunia yang pada saatnya pasti akan padam dan sirna: raga siapa yang abadi dalam keperkasaan kecantikan dan kegagahan?
Semua akan bertemu dengan kerentaan yang berujung pada maut. Begitupun kekayaan dan kekuasaan, keduanya bersifat fana. Maka harus kita segarkan selalu sifat tidak takut dengan kematian raga, harta mapun tahta. Namun harus menjaga ketiganya itu sebagai amanah dalam rangka menjalankan tugas sebagai kholifah fil ardhi, dalam rangka menjaga dan memelihara bumi dengan agamanya. Hanya satu yang tak boleh mati dari kita adalah sekelip cahaya keimanan dalam dada. Untuk mempertahankan iman yang sekelip ini kita pertaruhkan raga, harta dan tahta hingga mati.
6. Sumur Kejayan (Kejayaan)
Seumur-umur membersihkann dan mencemerlangkan kembali sifat kejayaan manusia, yakni tetap berada dalam bingkai syariat agama. Jangan sampai tergoda untuk mencoba–coba keluar daripadanya. Menjaga kejayaan diri dari muslihat setan yang nyata-nyata menjadi muslihat abadi bagi kita.. Jika kita lengah dan tergiur dalam perang abadi ini dalam mencicipi umpan–umpannya yang membuat kita lena dalam kenikmatan yang nisbi, maka hancurlah kejayaan kita sebagai manusia.
7. Sumur Jalatunda
Sumur penghujung dari sumur pitu (tujuh sumur) adalah Sumur Jalatunda. Jalatunda berarti mata air yang sangat jernih. Mandi sumur jalatunda hakikatnya adalah pencucian kembali fungsi keberadaan kita ditengah-tengah masyarakat, yakni sebagai sumber (mata) air. Air laksana kehidupan, dibutuhhkan dan dicari. Kehadirannya memberikan kesegaran dan kesejukan serta kenyamanan. Air dalam takaran tertentu adalah rahmat, sedang falam jumlah di luar takaran kita sebagai manusia lagi-lagi adalah agama.
Dalam terminologi bahasa Arab, jalla berarti jelas atau terang (satu dari asmaul husna), sedangkan tunda dari nida yang dalam bentuk shigat mudhoroah dibaca yunda berarti terpanggil, dengan ta’dhomir mukhothobterbaca tunda berarti engkau terpanggil.
Maka, jika keenam sifat dasar manusia yang sudah tinutur tadi terus-menerus, seimur-umur selalu dibersihkan agar tidak ternoda, niscaya jiwa kita akan selalu merasa terpanggil untuk melaksanakan syariat. Aturan agama bukan lagi merasa beban, tapi adalah sebagai panggilan, kebutuhan yang harus dipenuhi. Dalam kondisi seperti ini aura yang menyelimuti jiwa kita niscaya akan memancar, menyemburat memenuhi angkasa, menembussidratil muntaha, maqom yang tinggi di sisi Allah azza Wa Jalla
Tidak ada komentar
Posting Komentar