Perkembangan Wayang Wong di Bali
Bali merupakan salah satu provinsi yang menjadi saksi bisu perkembangan Wayang Wong. Kesenian ini lahir antara abad 14-19 M dan diperkirakan berkembang pada jaman Kerajaan Gelgel (Klungkung). Pada saat itu, Bali dipimpin oleh Dalem Watu Renggong dan sedang mengalami masa keemasan. Wayang Wong Bali termasuk dalam genre tari bebali (semi sakral). Jika pada genre tari wali mayoritas pola keseniannya tidak memiliki lakon tersendiri, pada genre tari bebali masing-masing kesenian memiliki skenario cerita yang disajikan setiap pentas.
Perpaduan dari tiga bagian seni pertunjukkan yakni seni tari, musik, dan drama menjadi ciri khas wayang wong yang pelakunya adalah manusia. Wayang Wong Bali biasanya dipentaskan saat upacara keagamaan. Berbagai pura di Bali pun biasanya menghadirkan Wayang Wong sebagai bagian dari upacara dan kegiatan keagamaan. Detail gerakan wayang dan ucapan yang dilakukan harus mengandung arti simbolis dan filosofis. Halaman tengah pura menjadi lokasi pertunjukkan dramatari tersebut.
Wayang Wong Bali terbagi dua jenis yakni Wayang Wong Parwa dan Wayang Wong Ramayana. Wayang Wong Parwa menceritakan kisah epos Mahabrata, sedangkan Wayang Wong Ramayana menggunakan lakon yang berasal dari epos Ramayana. Adapun perbedaan Wayang Wong Parwa dan Wayang Ramayana adalah alur cerita dan properti yang digunakan.
Wayang Wong Ramayana menggunakan properti topeng sedangkan Wayang Wong Parwa tidak menggunakan topeng kecuali para punakawan. Hingga kini drama tari Wayang Wong Bali hanya dipentaskan di berbagai pura di Bali karena di luar upacara agama pementasan Wayang Wong Bali kurang mendapat dukungan dari masyarakat.
( Sumber : kebudayaanindonesia.net )
Tidak ada komentar
Posting Komentar