Kue Keranjang Di Kota Udang (WKWK Edisi 2 Februari 2017)
Kota Cirebon (89,2 CR) - Program Warung Kopi Wa Kampleng (WKWK) hadir kembali pada Kamis, 2 Februari 2017 dengan tema " Kue Keranjang Di Kota Udang " . Hadir dari Forum Komunikasi Putra - Putri Purnawirawan TNI/POLRI Indonesia, Pengamat Sosial, Penggiat Budaya, Anggota komisi C DPRD kota Cirebon, Ketua Komunitas Pusaka Cirebon Kendi Pertula, Tokoh Masyarakat, hingga mantan Wali Kota Cirebon.
Adapun beberapa kutipan yang disampaikan oleh narasumber adalah sebagai berikut :
" Kue Keranjang atau biasa disebut Dodol Cina sudah ada sejak jaman dulu. Cirebon sudah terbiasa dengan multi etnis. Cirebon yang berawal dari 364 orang yang berasal dari 9 etnis, Cina, Arab, Jawa, Bugis, Melayu, Pakistan dll. Ki Gede Alang Alang mencetuskan membuat kampung Caruban Nagari, atau dalam sejarah padukuhan awal abad ke 14 terbentuklah kampung Caruban. meningkat lagi menjadi kampung besar. Hubungannya dengan dodol Cina karena salah satu etnisnya dari Tionghoa. Dengan banyaknya keberagaman, Sunan Gunung Jati sudah mengajarkan bagaimana saling menghormati antar Etnis dan Umat Beragama." Elang Chaidir (Komunitas Pusaka Cirebon Kendi Pertula)
" Di Palembang Kue Keranjang namanya kue Tutun. Diduga bangsa Cina sudah datang sebelum Panglima Cheng Ho datang ke Cirebon. Bangsa Cina sudah bersatu dengan budaya Indonesia tidak dipungkiri banyak makanan yang memang aslinya berasal dari Cina namun akhirnya lumrah menjadi makanan nusantara, Contohnya Tahu, sebenarnya makanan ini asalnya dari Cina." Thamrin (Penggiat Budaya)
" Cirebon adalah cerminan NKRI yang bisa melebur dengan berbagai etnis, agama dan kepercayaan hingga saat ini, maka jadilah seperti Cirebon, jangan sampai bangsa ini terprovokasi dengan berbagai isu yang bisa memecah NKRI." Herawan Effendi (Forum Komunikasi Putra-Putri Purnawirawan TNI/POLRI Indonesia)
" Di Petratean keturunan antara pribumi dan etnis Tionghoa sangat rukun sekali, hanya saja ada beberapa yang diduga tidak mengerti aturan bermasyarakat." Kang Nana (Tokoh Masyarakat Cirebon)
" Pada era Presiden Gusdur sudah menghapuskan perbedaan antara masyarakat pribumi dan Tionghoa. Cirebon adalah melting pot yaitu persatuan yang sudah melebur menjadi satu. Cirebon bukan hanya miniatur Indonesia namun dunia. Di Cirebon sudah ada pembauran saya berharap bukan karena keterpaksaan namun muncul dari hatinya masing - masing." Subardi Spd (Wali Kota Cirebon periode 2003 - 2013)
" Identiknya imlek dengan hujan adalah simbol keberkahan bagi etnis Tionghoa. Dalam berkah ada sisi kemanusian, seperti imlek membagikan angpao sama dengan umat muslim kalau lebaran membagikan sedekah. Kue keranjang itu juga simbol, karena tidak mungkin sendiri membuatnya, membutuhkan kerja tim. Namun saya masih melihat kesenjangan etnis Tionghoa dengan pribumi sangat terasa, padahal nenek moyang Cirebon sudah mengajarkan kebersamaan." Ivan Maulana (Penggiat Seni & Pengamat Sosial)
" Masyarakat Kota Cirebon mari bersama - sama membangun tanpa melihat perbedaan yang ada. Seni dan budaya Cirebon harus tetap dipertahankan sampai kepada anak cucu, karena seni dan budaya merupakan warisan leluhur yang harus tetap dilestarikan." Jafarudin (Anggota DPRD Komisi C Kota Cirebon)
Simak dan dengarkan terus Babak Warung Kopi Wa Kampleng di 89,2 FM Cirebon Radio setiap Kamis jam 20.30 WIB
Tidak ada komentar
Posting Komentar