Upacara Ngaseuk dalam Masyarakat Baduy
Masyarakat Baduy di Banten masih mempertahankan budaya dan tradisi leluhur mereka hingga saat ini. Budaya dan tradisi yang dipahami dan dipercaya oleh masyarakat Baduy sampai saat ini masih sangat lekat dengan unsur ke-dewa-an atau mistis. Salah satu upacara adat yang masih dilakukan oleh masyarakat Baduy adalah Upacara Ngaseuk.
Upacara Ngaseuk adalah upacara menanam padi yang dilakukan di “ladang suci” atau dalam bahasa Sunda disebut huma serang. Upacara ini dilakukan pada bulan April atau bulan Kapitu menurut penanggalan masyarakat Kanekes atau Baduy. Upacara ini berupa membuat lubang dengan kayu yang ujungnya telah diruncingkan di huma yang akan ditanami padi. Benih-benih padi itupun kemudian akan ditanam atau dimasukkan ke lubang yang telah dibuat tadi oleh para kaum perempuan Kanekes.
Upacara Ngaseuk ini merupakan upacara yang dipersembahkan untuk Dewi Padi, Pohaci Sang Hiyang Asri. Pada upacara ini, Girang Serat, pemuka adat atau orang yang dipercaya menjadi sesepuh, memimpin ritual dan membacakan jampi-jampi yang bertujuan untuk ‘membangunkan’ padi-padi yang sudah ditanam.
Sebelum Upacara Ngaseuk, sudah terlebih dahulu diadakan upacara atau ritual Nyacar, yaitu ritual membersihkan ladang atau hutan yang akan dijadikan ladang persawahan dari rerumputan dan ranting. Ada pula upacara Nukuh, yaitu upacara menebang pohon-pohon besar di areal lahan yang akan dipakai. Tujuan dari kedua upacara ini adalah untuk menghormati dan memberikan sesaji kepada para dangiang atau arwah yang mendiami hutan atau lahan tersebut.
( Sumber : kebudayaanindonesia.net )
Tidak ada komentar
Posting Komentar