Tawurji dan Ngapem Tradisi Yang Menyatu Dalam Ritual Keraton Kanoman Cirebon
Kota Cirebon (89,2 CR) - Tawurji dan Ngapem adalah tradisi yang tidak dapat dipisahkan dalam acara ritual di Keraton Kanoman Cirebon. Kedua tradisi ini sudah ada sejak era walisongo dan juga tidak lepas dari pengaruh ajaran Islam dan misi Islamisasi pada saat itu.
Juru Bicara Kesultanan Kanoman, Ratu Raja Arimbi Nurtina, ST., M. Hum mengatakan, Tradisi Tawurji dan Ngapem sendiri diperingati setiap hari Rabu Wekasan yang artinya hari Rabu Pamungkas (terakhir hari Rabu dan spesial) di bulan Safar. Karena hal itu mempunyai nilai kekeramatan dan kepercayaan akan turunya ribuan musibah.
"Keraton Kanoman Cirebon pada setiap Rebo Wekasan selalu mengadakan tradisi Tawurji dan Ngapem.Tawurji yakni shodaqoh uang koin yang dibagikan secara masal kepada margesari, (warga) dan biasanya diikuti oleh abdi dalem juga masyarakat lainya," tutur Ratu Arimbi, Rabu (07/11/18).
Ia menjelaskan Tawurji berasal dari suku kata tawur (melempar uang koin/sejenisnya) dan aji (Tuan Haji/orang yang mampu). Sementara Apem merupakan salah satu bentuk shodaqoh dalam wujud yang lain, yakni berupa makanan terbuat dari bahan beras yang sudah dihaluskan dan jika sudah matang, Apem akan disandingkan dengan gula merah untuk disantap.
"Tradisi Tawurji dan Ngapem ini pada intinya merupakan bentuk shodaqoh keluarga keraton di hari Rabu terakhir bulan safar sebagai upaya untuk menolak segala jenis mara bahaya/musibah," imbuhnya.
Lanjut Ratu, Menurut salah satu cerita yang berkembang di lingkungan Keraton Kanoman Cirebon, tradisi Tawurji bermula dari upaya perlindungan murid-murid Syekh Lemah Abang yang dianggap sesat disertai nasib mereka yang terlunta-lunta, sehingga oleh Sunan Gunung Jati mereka dilindungi dengan memberikan uang koin sebagai bekal untuk bertahan hidup.
Peristiwa itu tepat pada hari Rabu terakhir bulan Safar, dan pada hari itu juga berbarengan dengan tradisi ritual di Bangsal Paseban Keraton Kanoman Cirebon dengan memanjatkan doa kepada Allah SWT dan tawasul kepada para wali dan leluhur raja-raja Keraton Kanoman.
Prosesi Kedua tradisi ini diawali dengan berkumpulnya para pinengeran dan abdi dalem di Pendopo Djinem sebari menunggu Sultan Raja Muhammad Emirudin (Sultan Kanoman XII) keluar dari kediamanya di Kaputren dengan membawa satu kotak uang koin yang sudah didoakan guna dibagikan kepada masyarakat dan abdi dalem yang bertempat di Pendopo Djinem.
Kemudian dilanjutkan dengan memanjatkan doa di Bangsal Paseban untuk meminta pertolongan dan keselamatan dengan cara membagi-bagikan Apem secara sukarela kepada masyarakat. [Nla]
Tidak ada komentar
Posting Komentar