Napak Tilas Masjid Cirebon
Wow, rasanya tak percaya jika Masjid At Taqwa Cirebon di
belakang saya dibiayai dengan dana tak kurang dari 9,2 Miliar rupiah. Cirebon
memiliki ikon baru yaitu Masjid At Taqwa. Dengan luas sekitar 2.600 meter
persegi, Masjid At Taqwa Cirebon menjadi salah satu bangunan termewah di
Cirebon. Terletak di pusat kota, di Jalan Siliwangi dan di samping alun-alun
Kejaksan.
Menara Masjid At Taqwa Cirebon tingginya 65 meter, dan merupakan
bangunan tertinggi di Cirebon, menara Masjid
At Taqwa Cirebon dibuka untuk umum sehingga semua orang dapat menyaksikan
Kota Cirebon dari ketinggian.
Arsitektur Masjid At Taqwa Cirebon seperti bangunan di daerah tropis, dengan
gerbang warna emas bertuliskan dua kalimat sahadat. Masjid At Taqwa Cirebon
mampu menampung jamaah sebanyak 5.500 orang.
Enam tiang penyangga lampu taman yang menghiasi jalan masuk menuju gerbang,
seperti hendak menyambut ramah kedatangan tamu-tamu Allah. Seluruh lantai dan
dinding masjid menggunakan batu granit, begitu juga tiang-tiang dalam mesjid.
Tiang-tiang dihiasi dengan ornamen arsitektur Islam.
Tidak seperti bangunan umumnya, bagian dinding tidak dilengkapi dengan
jendela yang tertutup kaca. Jendela besar-besar yang ada dibiarkan terbuka
untuk membiarkan aliran udara lancar keluar masuk masjid. Jendela hanya diberi
teralis besi ditambah elemen estetika yang terbuat dari kuningan dengan pola
arsiterktur Islam.
Keteduhan juga diupayakan untuk dihadirkan di arena luar masjid dengan
menanam 10 pohon korma di halaman samping masjid yang dekat dengan sisi jalan.
Kehadiran dua kolam air mancur di sisi kanan dan kiri bagian depan mesjid,
semakin melengkapi keindahannya
Masjid Agung Sumber, Kabupaten Cirebon didirikan pada bulan November, 1988. Peletakan batu pertama
pembangunan Masjid Agung Sumber pada bulan November 1988 oleh Bapak Kol. (Inf). H. Memet Thohir (Bupati KDH Tk. II Cirebon), mengingat keterbatasan
dana dan kekurangan tenaga ahli maka pembangunan masjid sangat lambat, baru
pada bulan Agustus 1992 dengan uluran tangan dari pihak swasta dan
intensifikasi pengumpulan dana, pembangunan dapat berjalan dengan cepat dan
lancar sehingga pada tanggal 29 September 1993 pembangunan masjid dapat diselesaikan dan diresmikan
oleh Bapak Gubernur KDH
Tk. I Jawa Barat (Bapak H. R.
Yogi S. Memet) pada masa Bupati Cirebon Kol. (Kav). H. Soewendo. Masjid ini di arsiteki
oleh Tim dari ITB Bandung[1].
Masjid Agung Sang Cipta Rasa
Konon, masjid ini adalah masjid
tertua di Cirebon,
yaitu dibangun sekitar tahun 1480 M atau semasa dengan Wali Songo menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Nama masjid ini diambil dari
kata "sang" yang bermakna keagungan, "cipta" yang berarti
dibangun, dan "rasa" yang berarti digunakan.
Menurut tradisi, pembangunan masjid ini
dikabarkan melibatkan sekitar lima ratus orang yang didatangkan dariMajapahit, Demak, dan Cirebon sendiri.
Dalam pembangunannya, Sunan Gunung Jati menunjuk Sunan Kalijagasebagai
arsiteknya. Selain itu, Sunan Gunung Jati juga
memboyong Raden Sepat, arsitek Majapahit yang
menjadi tawanan perang Demak-Majapahit, untuk membantu Sunan Kalijaga merancang
bangunan masjid tersebut.
Konon, dahulunya masjid ini
memiliki memolo atau
kemuncak atap. Namun, saat azan pitu (tujuh) salat Subuh digelar untuk mengusir Aji Menjangan Wulung, kubah
tersebut pindah ke Masjid Agung Banten yang
sampai sekarang masih memiliki dua kubah. Karena cerita tersebut, sampai
sekarang setiap salat Jumat di Masjid Agung Sang Cipta Rasa digelar Azan Pitu.
Yakni, azan yang dilakukan secara bersamaan oleh tujuh orang muazin berseragam
serba putih.
Mesjid Merah Panjunan merupakan sebuah
masjid berumur sangat tua yang didirikan pada 1480 oleh Syarif Abdurrahman atau
Pangeran Panjunan, seorang keturunan Arab yang memimpin sekelompok imigran dari
Baghdad, dan kemudian menjadi murid Sunan Gunung Jati. Masjid Merah Panjunan
terletak di sebuah sudut jalan di Kampung Panjunan, kampung dimana terdapat
banyak pengrajin keramik atau jun.
Masjid Merah Panjunan yang terbuat dari susunan batu bata merah yang pintu gapuranya
memperlihatkan pengaruh Hindu dari jaman Majapahit yang banyak bertebaran di
daerahCirebon. Papan tengara
yang terlihat pada foto menunjukkan bahwa Masjid Merah Panjunan ini telah dimasukkan
sebagai sebuah Benda Cagar Budaya.Gapura Masjid Merah Panjunan yang
susunan bata warna merahnya memberikan nama tengah kepada masjid ini. Adalah
Panembahan Ratu yang merupakan cicit Sunan Gunung Jati yang membangun tembok
keliling Masjid Merah Panjunan yang terbuat dari bata merah setinggi 1,5 m dan
ketebalan 40 cm pada tahun 1949.
Tidak ada komentar
Posting Komentar