Tapa Bisu Mubeng Beteng : Merayakan Tahun Baru Jawa dalam Hening
Tahun Baru yang identik dengan hura hura dan meledakkan petasan juga kembang api kini mulai ditinggalkan oleh masyarakat. Kebiasaan yang cenderung menghambur hamburkan uang itu tergeser oleh ritual budaya nan elok dari Keraton Jogja saat menyambut kehadiran Tahun Baru Jawa, sekaligus bersamaan dengan Tahun Baru Hijriyah, lewat ritual budaya bernama Mubeng Beteng.
Apa itu Mubeng Beteng? Bukankah itu budaya kuno yang nggak penting?
Ritual Mubeng Beteng bukan upacara yang dibuat oleh pihak Keraton Jogja melainkan bersumber dari tradisi masyarakat Jawa pada abad ke 6 jauh sebelum Kerajaan Mataram Islam berdiri. Budaya masyarakat yang berkembang waktu itu ialah muser atau munjer yakni mengelilingi suatu pusat pemerintahan wilayah yang berguna melakukan pengecekan terhadap segala hal termasuk keamanan.
Setelah desa menjelma sebuah tempat yang lebih ramai dan maju, tradisi muser pun bergeser jadi mengelilingi pusat keraton. Awalnya, muser di keraton dilakukan oleh penjaga keamanan keraton dan terus berkembang abdi dalemlah yang melakukannya diikuti warga setiap malam 1 Suro.
RUTE TAPA BISU
Pukul 22.00 pada malam 1 Suro biasanya abdi dalem dan warga telah berkumpul di Pelataran Keben. Persiapan mereka lakukan dengan membawa panji panji Keraton Jogja, teplok atau lampu, dan menyan. Rangkaian doa dipanjatkan untuk menyukseskan acara sambut tahun baru lewat Tapa Bisu Mubeng Beteng.
Tepat pukul 00.01, abdi dalem dan warga berangkat mengelilingi beteng dengan tanpa bicara, makan, atau merokok. Semua itu dibarengi dengan berdoa dalam hati sembari berrefleksi tentang apa saja yang telah dilakukan dan meningkatkannya di masa depan.
Warga yang ikut dalam Mubeng Beteng sangat banyak dan antusias karena ritual unik ini memberi kesan tersendiri bagi masing masing orang. Rute yang dilalui adalah sebagai berikut:
Keben – Jalan Rotowijayan – Jalan Kauman – Jalan Agus Salim – Jalan Wahid Hasyim – Suryowijayan – Pojok Beteng Kulon – Jalan Letjen M.T. Haryono – Jalan Mayjen Sutoyo – Pojok Beteng Wetan – Jalan Brigjen Katamso – Jalan Ibu Ruswo – Alun alun Utara.
Jarak totalnya sekira lima kilometer. Lumayan menguras tenaga dengan berjalan kaki, ya? Tapi semua itu akan terbayar oleh serunya Mubeng Beteng bareng banyak warga.
Tidak ada komentar
Posting Komentar