Sistem Religi Masyarakat Baduy: Tapa di Mandala
Desa Kanekes, Provinsi Banten, dikenal sebagai tempat tinggal orang “Kanekes” yang kini disebut orang Baduy.
Kanekes merupakan “tanah suci” yang tidak boleh diinjak oleh sembarang orang. Istilah lain dari Kanekes yaitu “Mandala”. Penduduk Kanekes atau masyarakat Baduy hanya boleh mendiami Mandala selama mereka tidak melanggar ketentuan adat.
Salah satu sistem religi masyarakat Baduy yaitu “Tapa di Mandala”. Tapa yang terdapat dalam naskah Kabuyutan Cibubuy (Pati Krama Ujar Leluhur) memiliki arti yang sama dengan ‘amal’. Buruk amal buruklah tapa; sempurna amal sempurnalah tapa. Orang Baduy sebagai pertapa melakukan tapa mereka dalam pekerjaan sehari-hari. Berladang bagi orang Baduy merupakan upaya bertapa agar hidup berkecukupan. Selain itu, bertani/berladang adalah bentuk tradisi pelestarian kehidupan Nyi Pohaci Hiyang Asri.
Standar hidup masyarakat Baduy terangkum dalam “kemandalaan” atau prinsip hidup:
“Orang harus mampu berdiri sendiri, tidak boleh menyusahkan orang lain, namun juga tak boleh berlebihan.”
Falsafah Baduy:
"reureuh tamba cape, hees tamba tunduh,
nginum tuwak tamba hanaang, nyatu tamba ponyo, ulah kajongjonan"
(istirahat karena rasa lelah, tidur sekedar menghilangkan ngantuk, minum hanya sekedar menghilangkan haus, makan karena lapar, jangan keterlaluan).
Masyarakat Baduy kerap kali menolak bantuan dari pemerintah karena dianggap ‘menyusahkan orang lain’. Orang Baduy berprinsip bahwa bantuan hanya layak diberikan kepada yang tidak mampu menghidupi diri sendiri. Istilah ‘menta’ atau meminta menjadi hal yang tabu dalam masyarakat Baduy.
( Sumber : kebudayaanindonesia.net )
( Sumber : kebudayaanindonesia.net )
Tidak ada komentar
Posting Komentar