Caleg DPR RI Netty Heryawan Tanggapi Soal Kekerasan Anak Dan Perempuan
Kota Cirebon (89,2 CR) - Calon anggota DPR RI Dapil VIII (Kota/Kab Cirebon dan Indramayu) dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Netty Prasetiyani Heryawan menganggap kapasitas guru ada kaitannya dengan kekerasan terhadap perempuan dan anak.
Menurut Netty sekolah dan guru berperan aktif dalam menurunkan angka kekerasan terhadap anak dan perempuan. Kapasitas dan kualitas guru menjadi salah satu yang perlu diperhatikan dari tiga aspek dalam menekan angka kekerasan terhadap anak dan perempuan.
"Menciptakan lingkungan pendidikan yang ramah anak dan perempuan, sangat dibutuhkan terutama yang bersentuhan langsung yaitu guru, jika tidak dicegah, jangan sampai persoalan baru muncul kembali," ungkap Netty saat mendatangi kantor PKS Kota Cirebon, Senin (26/11/18).
Netty menyadari kekerasan terhadap anak dan perempuan masih terjadi di lingkungan sekolah. Praktiknya, bukan hanya dalam bentuk kekerasan fisik, melainkan pula verbal. Namun hal terakhir ini tak banyak disadari sebagai bentuk kekerasan.
Untuk mencegah kekerasan terhadap anak dan perempuan kembali terjadi dengan cara menjadikan peserta didik sebagai sahabat, ada penerapan reward (penghargaan) untuk yang berprestasi dan punishment (hukuman) terhadap peserta didik yang tidak menaati aturan sekolah.
"Jangan sampai reward dan punishment kemudian mengarah pada bentuk-bentuk kekerasan, baik fisik maupun verbal," ujar Istri mantan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan.
Selain itu aspek penting lain dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang ramah anak dan perempuan berupa penyediaan fasilitas infrastruktur sekolah. Dia menyontohkan, penyediaan toilet yang aman bagi siswa perempuan maupun laki-laki.
Selain kapasitas guru dan infrastruktur, kurikulum atau metodologi pendidikan juga menjadi aspek penting lain yang harus diperhatikan. Dalam hal ini, kurikulum harus ramah anak dan perempuan. Netty memandang pula pengetahuan atau pendidikan mengenai kekerasan terhadap anak dan perempuan perlu diadakan.
"Peserta didik jangan hanya dibebani dengan capaian akademis, hal-hal lain yang membangkitkan kesadaran atas diri juga harus diberikan. Misalnya melalui pendidikan reproduksi, sudah waktunya anak-anak diberi pengetahuan soal itu," papar wanita kelahiran Pacitan, Jawa Timur, ini. [Wlk]
Tidak ada komentar
Posting Komentar