sejarah wayang kulit
Perkembangan Sejarah islam di cirebon tidak terlepas dari unsur budaya, salah satu unsur budaya tersebut adalah wayang kulit yang sering dipentaskan saat adanya acara-acara tertentu seperti kelahiran, sunatan, pernikahan, dan upacara tolak bala. Selain berfungsi sebagai sarana rekreatif, pergelaran wayang juga memiliki fungsi religulitas.
salah satu punakawan versi cirebon adalah sebagai berikut
Versi Cirebon : Semar menikah dengan Sudiragen, titisan dari isterinya di alam Kahyangan, yaitu Dewi Sanggani (puteri Umayadewa) , dari Sudiragen Semar tidak memperoleh anak. Tetapi Palasara, tempat Semar mengadi menyuruh Semar untuk mempunyai panakawan pembantu.
Semar menciptakan panakawan dan diakui sebagai anaknya, yaitu Ceblog, dari gagang daun kelapa (papah blarak), Bitarota, dari orang-orangan sawah (unduh-unduh), Duwala,dari bonggol atau tonggak bambu (bonggolan pring), Bagong, dari daun kastuba (kliyange godong kastuba), Bagalbuntung , dari bonggol jagung (bagal jagung), Gareng, dari potongan kayu gaharu dan Cungkring atau Petruk, dari potongan bambu (anjir dawa).
Versi Cirebon lainnya menyebutkan Bagong berasal dari tunggak jati.
Isteri Bagong ialah Dewi Bagnawati puteri Prabu Balya, raja gandarwa di kerajaan Pucang Sewu. Menurut versi Sunda, istri Cepot, ialah Endang Laelasari, putri Togog Wijamantri, dari perkawinannya Cepot berputra Sanggalangit. http://cirebonan.org
Tidak ada komentar
Posting Komentar