Mereka yang setia membuat Gerabah
Membuat gerabah, hingga kini masih ditekuni sebagian warga Sitiwinangun Kec Jamblang Kab Cirebon. Namun, banyak warga yang sudah mengawatirkan ketrampilan membuat gerabah ini semakin menghilang, karena gerenerasi sekarang sudah enggan belajar membuat gerabah.
Naresih (65), salah satu pengrajin grabah, yang berteempat tinggal di RT 02/10 Desa Sitiwinangun, Kecamatan Jamblang, Kabupaten Cirebon, menuturkan suka duka dalam membuat gerabah. “Saya sudah bias membuat gerabah, sudah sejak SD. Orang tua saya yang mengajarkan membuat gerbah, dan itu masiih saya tekuni hingga sekarang,” tutur Naresih.
Naresih, lebih pawai membuat gerabah gentong empal. Untuk membuat gentong empal, diperlukan waktu hingga 2 minggu. Satu gerobak tanah liat seharga RP. 60 ribu, bisa dibuat 20 buah gentong empal. “Kalau bisa menjual ke konsumen langsung, lebih untung, karena bisa mencapai Rp. 50 ribu. Tetapi jika dijual ke tengkulak, harganya hanya separonya,” tambah Naresihm yang banyak menjual gerabah ke Bandung dan jakarta.
Lain lagi dengan Kadini (50). “Dalam satu hari saya bisa membuat 20 pendil dengan harga jual per pendil Rp. 2500 hingga Rp 5 ribu,” kata Kandini yang lebih sering membuat pendil.Satu gerobak tanah liat, bisa dibuat hingga 100 pendil. Dalam satu bulan penghasilanya mencapai Rp 500 ribu. Itup[un hari dibagi dua dengan pemilik modal.
Kadini bercerita tentang warga Desa Sitiwinangun yang sebagian besar mengggantungkan hidupnya dari memebuat gerabah. “Dulu, hampir satu desa mengerjakan gerabah sebagai penghasilan. Tetapi kini, pembuat gerabah tinggal sedikit. Ya sekitar 10 orang saja, itu pun sudah tua semua,” tutur Kadini.
“Dulu ketika kami masi muda, orang tua mengajarkan kami untuk bisa membuat gerabah, dan kami pun senang mendapat ketrampilan seperti itu. Namun sekarang susah mas. Anak-anak sudah tidak mau,” cerita Kadini yang menghawatirkan suatu saat masa ramai membuat gerabah warga desa, hanya tinggal kenangan.
Kadini menambahkan, generasi muda di desa itu, lebih memilih bekerja kepada orang lain, dibanding membuat gerabah. “Mereka lebih suka bekerja pada orang lain, dibanding menjaga warisan ketrampilan leluhur mereka. Mereka, menilai terlalu lama untuk bisa mendapatkan uang dari membuat gerabah,” tutup Kadini ( dikutip jurnalcirebon.com )
Tidak ada komentar
Posting Komentar