Warga berebut air bekas siraman panjang jimat di kasepuhan
KOTA CIREBON (89,2 CR) - Rangkaian Adat Upacara siraman panjang jimat dilingkungan keraton kasepuhan selalu menjadi perhatian masyarakat sekitar Cirebon dan dari luar Cirebon, Rabu (8/1/2014). Puluhan orang dari berbagai daerah berdatangan guna menyaksikan jalannya upacara.
Prosesi upacara siraman panjang jimat yang dilaksanakan di keraton kasepuhan tidak diperkenankan bagi masyarakat yang akan melihat dari jarak dekat.
Penjagaan dari pihak keamanan keraton kasepuhan sangat ketat, hanya abdi dalam keraton kasepuhan yang diperbolehkan mengikuti proses pencucian benda pusaka tersebut yang berupa tujuh piring besar, 28 piring sedang, dua botol tempat air mawar, dan dua guci. Benda-benda tersebut berusia lebih dari 500 tahun.
Masyarakat pun harus puas hanya menyaksikan dari balik jendela yang terbuka dan seusai upacara, barulah pintu dibuka. Masyarakat dapat leluasa masuk ke ruangan tempat digelarnya siraman panjang jimat. Saat seperti inilah warga rebutan air bekas siraman benda pusaka yang akan digunakan untuk panjang jimat. Dengan membawa botol dan kantong plastik, warga berlomba-lomba mengambil air bekas siraman dalam jumlah banyak.
Salah seorang warga yang hadir Nunung (56), dari Bandung mengatakan bahwa dirinya sengaja datang untuk mengikuti proses Upacara siraman panjang jimat dan setiap tahun selalu mengikuti proses upacara serta berebut air bekas siraman benda pusaka tersebut dengan alasan akan memberi keberkahan hidup. Lebih-lebih air tersebut bersumber dari dua mata air yang ada di komplek Keraton Kasepuhan.(Jums-CR).
Prosesi upacara siraman panjang jimat yang dilaksanakan di keraton kasepuhan tidak diperkenankan bagi masyarakat yang akan melihat dari jarak dekat.
Penjagaan dari pihak keamanan keraton kasepuhan sangat ketat, hanya abdi dalam keraton kasepuhan yang diperbolehkan mengikuti proses pencucian benda pusaka tersebut yang berupa tujuh piring besar, 28 piring sedang, dua botol tempat air mawar, dan dua guci. Benda-benda tersebut berusia lebih dari 500 tahun.
Masyarakat pun harus puas hanya menyaksikan dari balik jendela yang terbuka dan seusai upacara, barulah pintu dibuka. Masyarakat dapat leluasa masuk ke ruangan tempat digelarnya siraman panjang jimat. Saat seperti inilah warga rebutan air bekas siraman benda pusaka yang akan digunakan untuk panjang jimat. Dengan membawa botol dan kantong plastik, warga berlomba-lomba mengambil air bekas siraman dalam jumlah banyak.
Salah seorang warga yang hadir Nunung (56), dari Bandung mengatakan bahwa dirinya sengaja datang untuk mengikuti proses Upacara siraman panjang jimat dan setiap tahun selalu mengikuti proses upacara serta berebut air bekas siraman benda pusaka tersebut dengan alasan akan memberi keberkahan hidup. Lebih-lebih air tersebut bersumber dari dua mata air yang ada di komplek Keraton Kasepuhan.(Jums-CR).
Tidak ada komentar
Posting Komentar