Header Ads


Malam Pelal Ageng Panjang Jimat Dalam Suasana Maulid Nabi Saw di Keraton Kanoman Cirebon

Kota Cirebon (89,2 CR) - Malam Pelal Ageng Panjang Jimat merupakan acara inti yang bermaksud memperingati kelahiran Kanjeng Gusti Rasulullah Saw, tepat pada malam 12 Rabiul Awal tahun Gajah (571 M) di Kota Mekah. Dalam hal ini Pelal Ageng diartikan malam keutamaan yang besar yakni malam di mana Rosulullah SAW lahir ke dunia. 

Juru Bicara Kesultanan Kanoman Ratu Raja Arimbi Nurtina, ST., M. Hum menjelaskan, istilah Panjang Jimat berasal dari kata 'Panjang' yakni sebuah piring pusaka berbentuk bundar besar pemberian seorang Pertapa suci bernama Sanghyang Bango dari Gunung Surandil. Sedangkan istilah 'Jimat' yakni sebuah benda apapun yang mempunyai nilai sejarah dan nilai pusaka yang harus dijaga.

"Istilah Jimat sendiri hakikatnya adalah nasi yang sudah dimasak dengan cara dikupas satu-persatu setiap biji berasnya sambil melantunkan solawat kepada Nabi SAW. oleh rombongan bapak Sindangkasih, lalu kemudian disucikan atau dipesusi di Sumur Bandung dengan diiringi lantunan solawat oleh rombongan Perawan Sunti yakni rombongan Perawan yang suci (menjaga wudlu) dari hadas kecil dan hadas besar," tutur Ratu Arimbi usai prosesi Panjang Jimat, Rabu (21/11/18). 

Sebab menurutnya, solawat inilah yang menjadi syafa’at bagi umat manusia ketika tiba di hari pembalasan nanti. Dengan demikian, semua rangkaian acara ritual dan tradisi yang ada di Keraton Kanoman Cirebon atau malam panjang jimat (Maulid Nabi Saw) ini merupakan acara ritual terbesar, karena Nur Muhammad menjadi sebab adanya dunia dan alam semesta, sementara kelahiran Rosulullah Muhammad SAW  menjadi sebab terangnya cahaya Islam bagi alam semesta.

Ia menceritakan, pada prosesi Panjang Jimat, pada awalnya Pangeran Patih Raja Muhammad Qodiran beserta para pinangeran bersiap-siap untuk menunggu kehadiran Sultan Raja Muhammad Emirudin (Sultan Kanoman XII) untuk melepas jalanya pawai Alegoris dari pendopo Jinem menju ke Masjid Agung Keraton Kanoman. 

Ada beberapa prosesi setelah Pangeran Patih bersiap dan dilepas oleh Sultan barulah kemudian iring-iringan Pawai itu berlangsung. Dalam Pawai Alegoris, terdiri dari 14 tahapan untuk menuju Masjid Agung Keraton Kanoman. 

Lanjut Ratu, di masjid tersebut tidak lain untuk memdoakan arwah dan juga membacaan Kitab Barzanji hingga selesai. Setelah itu, Makanan dan minuman semua akan dibagikan kepada seluruh hadirin yang mengikuti acara tersebut. Pasalnya jika tidak dihabiskan akan dibawa kembali ke Keraton untuk keperluan Sultan yang akan diberikan kepada para famili atau kerabat. [Nla]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.