Keraton Kanoman Kota Cirebon Gelar Tawurji Dan Ngapem
Kota Cirebon (89,2 CR) - Tawurji dan Ngapem adalah tradisi yang tidak dapat dipisahkan dalam acara ritual di Keraton Kanoman Cirebon. Kedua tradisi ini sudah ada sejak era wali songo dan keberlangsungan keduanya tidak lepas dari pengaruh ajaran Islam dan misi Islamisasi pada saat itu. Tradisi Tawurji dan Ngapem sendiri diperingati setiap hari rabu wekasan yang artinya hari rabu pamungkas (hari rabu terakhir dan spesial) di bulan safar karena mempunyai nilai kekeramatan dan kepercayaan akan turunnya ribuan musibah.
Menurut Ratu Raja Arimbi Nurtina, ST., M. Hum sebagai Juru Bicara Kesultanan Kanoman tradisi Tawurji bermula dari upaya perlindungan murid-murid Syekh Lemah Abang yang dianggap sesat disertai nasib mereka yang terlunta-lunta, sehingga oleh Sunan Gunung Jati mereka dilindungi dengan memberikan uang koin sebagai bekal untuk bertahan hidup. Para murid Syekh Lemah Abang atau Syekh Siti Jenar itu kemudian diberikan tempat tinggal di sebuah kampung yang disebut Kasunean.
"Kasunean artinya Kampung Suni. Dengan ditempatkanya para pengikut Syekh Lemah Abang di Kampung Kasunean, Sunan Gunung Jati berharap meraka kembali pada ajaran dan faham Suni, yakni faham Islam yang moderat dan mengikuti ajaran Rasulullah," jelasnya kepada awak media, Rabu (30/10/19).
Selain diberikan uang koin, para pengikut Syekh Lemah Abang juga diberikan makanan Apem yang sudah didoakan sebagai bentuk sodaqoh Kerajaan Cirebon yang pada saat itu dipimpin Sunan Gunung Jati. Melalui peristiwa inilah, Tawurji dan Ngapem tidak bisa dipisahkan sebagai bentuk ritual di hari rabu terahir bulan safar.
"Keraton Kanoman Cirebon, sebagai pewaris trah dan tradisi yang diwariskan Sunan Gunung Jati, selalu komitmen melaksanakan dan melestarikan taradisi Tawurji dan Ngapem," tambahnya.
Tawurji yakni shodaqoh uang koin yang dibagikan secara masal kepada margesari, (warga) dan biasanya diikuti oleh abdi dalem juga masyarakat lainya. Tawurji berasal dari suku kata tawur (melempar uang koin/sejenisnya) dan aji (Tuan Haji/orang yang mampu).
Sementara Apem adalah salah satu bentuk shodaqoh dalam bentuk yang lain yakni makanan yang terbuat dari bahan beras yang sudah dihaluskan yang disandingkan dengan gula merah. Tradisi Tawurji dan Ngapem ini pada intinya merupakan bentuk shodaqoh keluarga keraton dihari rabu terahir bulan safar sebagai bentuk rasa syukur dan upaya untuk menolak segala jenis mara bahaya/musibah.
Kedua tradisi ini diawali dengan berkumpulnya para pinangeran (pangeran) dan abdi dalem di Pendopo Jinem sebari menunggu Sultan Raja Muhammad Emirudin (Sultan Kanoman XII) keluar dari kediamannya di Kaputren dengan membawa satu kotak uang koin yang sudah didoakan guna dibagikan kepada masyarakat dan abdi dalem yang bertempat di Pendopo Djinem, lalu dilanjutkan dengan memanjatkan doa dan tawasul di Pendoo Paseban untuk meminta pertolongan dan keselamatan dengan cara membagi-bagikan apem secara sukarela. [Wlk]
Tidak ada komentar
Posting Komentar